Saturday, October 17, 2020

DUA PENYAKIT PERUSAK KEHIDUPAN

 



DUA PENYAKIT PERUSAK KEHIDUPAN

Oleh: Abdullah Makhrus

 

Tahukah Anda, pandangan dunia saat ini mungkin masih terfokus pada pandemi virus Corona (COVID-19). Karena memang situasi terkini perkembangan novel coronavirus (covid-19) menurut data yang dilaporkan sampai 14 oktober 2020, secara global terdapat 38.002.699 dan di Indonesia sendiri mencapai 344.749 pasien terkonfirmasi positif COVID-19  dikutip dari laman covid19.kemkes.go.id.

 

Namun, tahukah Anda bahwa saat ini ada dua penyakit yang sejatinya menurut hemat penulis lebih menakutkan. Apakah itu? Dua penyakit itu adalah penyakit malas dan menunda. Mengapa? Karena sumbernya bukan dari luar akan tetapi berasal dari diri internal seseorang.

 

Penyakit pertama adalah malas. Ketika seseorang malas untuk melakukan sesuatu maka ia tidak akan mau mengerjakan sesuatu tersebut. Ada perasaan segan, tidak suka, tidak bernafsu melakukan dan menyelesaikan sama sekali. Intinya tidak ada semangat untuk menggerakkan diri melakukan sesuatu.

 

Bayangkan, ketika kita memiliki sebuah cita-cita tinggi namun malas menghinggapi diri kita. Tentu tidak ada hasrat sama sekali untuk mencapainya.  Nah, apakah keinginan itu akan tercapai jika diri  terus digelayuti perasaan malas? Tentu hal ini pasti akan menghambat pencapaian target yang sudah kita rencanakan sebelumnya.

 

Penyakit kedua yang tidak kalah berbahaya adalah menunda. Ketika ada dalam benak kita untuk menunda sebuah aktivitas atau pekerjaan artinya kita sendiri yang akan menghentikan dan  memutuskan untuk melangsungkan kembali pekerjaan itu lain kali. Maknanya, kita juga memilih mengundurkan waktu pelaksanaan dan menangguhkan pekerjaan tersebut di lain waktu.

 

Sesungguhnya kita sendiri mengetahui dan menyadari bahwa di waktu berikutnya masih ada tugas lain yang menunggu dan harus diselesaikan juga dalam waktu cepat. Apa dampaknya? Tentu pekerjaan lain sebelumnya menjadi menumpuk dan akhirnya terbengkalai. Kalaupun terselesaikan kadang tidak maksimal hasilnya atau bahkan kita harus ekstra “nglembur” untuk menyelesaikannya.

 

Dua penyakit ini sebenarnya sangat berbahaya bagi seseorang yang ingin mewujudkan cita-citanya dalam waktu cepat atau sesuai target waktu yang telah direncanakan. Bisa dikatakan bahwa malas dan memunda inilah yang selama ini membuat pekerjaan kita menjadi amburadul dan merusak jadwal lain yang seharusnya bisa diselesaikan tepat waktu.

 

Ada sebuah dialog menarik  di masa generasi sesudah Nabi Muhammad saw. Ada seseorang bertanya kepada Umar bin Abdul Aziz ketika beliau sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya, “ Sebaiknya tuan bertamasya dan beristirahat” . Beliau kemudia bertanya balik, “ Jika saya beristirahat, siapa yang menggantiku?” Lalu ia berkata lagi, “ Anda bisa menundanya sampai besok”. Umar kembali menjawab, “ Pekerjaan satu hari saja sudah menyusahkanku, apalagi kalau saya harus mengerjakan dua pekerjaan dalam satu hari”.

 

Berkaca dari dialog di atas, pantaslah kemudian jika seorang penyair pernah menulis bait-baitnya dalam perkara ini:

 

مَضَى أَمْسِكَ الْمَاضِي شَهِيْدُ مُعْدِلًا وَأَعْقَبَهُ يَوْمٌ عَلَيْكَ جَدِيْدُ

فَيَوْمُكَ إِنْ أَغْنَيْتَهُ عَادَ نَفْعُـــهُ عَلَيْكَ وَمَاضَي الْأَمْسِ لَيْسَ يَعُوْدُ     

فَأِنْ كُنْتَ إِقْتَرَفْتَ إِسَــــاءَةً فَثَنٍ بِإِحْسَانٍ وَأَنْتَ حَمِيْدً

فَلَا تُرْجِ فِعْلَ الْخَيْرِ يِوْمًا إِلَى غَدٍ لَعَلَّ غَدًا يَأْتِي وَأَنْتَ فَقِيْدً

 

Harimu kemarin telah berlalu sebagai saksi bagimu, kemudian datang hari baru untukmu…..

Hari ini adalah harimu, manfaatnya untuk kamu, sedang hari kemarin tidak akan kembali lagi ….

Jika hari kemarin anda telah melakukan kesalahan, maka segera anda ikuti dengan perbuatan baik, sedang anda mensyukurinya…..

Maka janganlah anda sekali-kali menangguhkan perbuatan baik sampai besok hari, barangkali besok hari tiba, sedang anda sudah tiada… …

 

Untuk mengatasi hal ini perlu tekad yang sangat kuat untuk mengubahnya. Caranya mudah.  Pertama, coba bayangkan penyesalan pertama yang akan rasakan pada 10 tahun mendatang ketika hari ini terus mempertahankan kemalasan dan penundaan. Di masa depan, kita akan sadar bahwa akhirnya tersadar bahwa malas suka menunda yang kita ikuti di masa lalu telah menjerumuskan kita pada penyesalan tiada akhir.


Kedua, meminta pertolongan Allah dengan berdoa. Mengapa? karena Allah Sang Khaliq yang mampu membolak-balikkan hati kita. Dari sifat malas yang selalu dibisikkan setan dalam hati kita.
Rasulullah SAW satu doa agar kita terhindar dari kemalasan darlam diri kita.

 

Do’a tersebut adalah:

_Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat._

Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian (HR. Bukhari danMuslim)

Terakhir, saya mengutip pernyataan menarik dari Andre Raditya, seorang penulis chanel telegram Rezeki Level 9. Ia mengatakan, “Jangan pernah mengira orang yang tidak punya tangan, tak punya kaki, tuna netra atau bentuk disabilitas yang lain adalah sebuah kecacatan. Bentuk kecacatan sebenarnya bukan itu semua. Melainkan 2 hal ini. KEMALASAN dan PENUNDAAN. Karena nyatanya, 2 itulah yang mampu membuat mereka yang normal fisiknya menjadi pribadi lemah dan tak berprestasi”

 

 

*) Abdullah Makhrus adalah penulis artikel bebas sekaligus penulis buku antologi berjudul "New Class New Soul"

Follow: t.me/ceritamotivasi


No comments:

Post a Comment