DUA PENYAKIT PERUSAK KEHIDUPAN
Oleh: Abdullah Makhrus
Tahukah
Anda, pandangan dunia saat ini mungkin masih terfokus pada pandemi virus Corona
(COVID-19). Karena memang situasi terkini perkembangan novel coronavirus
(covid-19) menurut data yang dilaporkan sampai 14 oktober 2020, secara global
terdapat 38.002.699 dan di Indonesia sendiri mencapai 344.749 pasien terkonfirmasi
positif COVID-19 dikutip dari laman covid19.kemkes.go.id.
Namun,
tahukah Anda bahwa saat ini ada dua penyakit yang sejatinya menurut hemat
penulis lebih menakutkan. Apakah itu? Dua penyakit itu adalah penyakit malas
dan menunda. Mengapa? Karena sumbernya bukan dari luar akan tetapi berasal dari
diri internal seseorang.
Penyakit
pertama adalah malas. Ketika seseorang malas untuk melakukan sesuatu maka ia tidak akan mau mengerjakan
sesuatu tersebut. Ada perasaan segan, tidak suka, tidak bernafsu
melakukan dan menyelesaikan sama sekali. Intinya tidak ada semangat untuk
menggerakkan diri melakukan sesuatu.
Bayangkan, ketika kita
memiliki sebuah cita-cita tinggi namun malas menghinggapi diri kita. Tentu tidak
ada hasrat sama sekali untuk mencapainya. Nah,
apakah keinginan itu akan tercapai jika diri terus digelayuti perasaan malas? Tentu hal ini
pasti akan menghambat pencapaian target yang sudah kita rencanakan sebelumnya.
Penyakit
kedua yang tidak kalah berbahaya adalah menunda. Ketika ada dalam benak kita
untuk menunda sebuah aktivitas atau pekerjaan artinya kita sendiri yang akan menghentikan dan memutuskan untuk melangsungkan kembali pekerjaan
itu lain kali. Maknanya, kita juga memilih mengundurkan waktu pelaksanaan dan
menangguhkan pekerjaan tersebut di lain waktu.
Sesungguhnya kita sendiri
mengetahui dan menyadari bahwa di waktu berikutnya masih ada tugas lain yang
menunggu dan harus diselesaikan juga dalam waktu cepat. Apa dampaknya? Tentu pekerjaan
lain sebelumnya menjadi menumpuk dan akhirnya terbengkalai. Kalaupun terselesaikan
kadang tidak maksimal hasilnya atau bahkan kita harus ekstra “nglembur”
untuk menyelesaikannya.
Dua penyakit ini sebenarnya
sangat berbahaya bagi seseorang yang ingin mewujudkan cita-citanya dalam waktu
cepat atau sesuai target waktu yang telah direncanakan. Bisa dikatakan bahwa malas
dan memunda inilah yang selama ini membuat pekerjaan kita menjadi amburadul dan
merusak jadwal lain yang seharusnya bisa diselesaikan tepat waktu.
Ada sebuah dialog
menarik di masa generasi sesudah Nabi
Muhammad saw. Ada seseorang bertanya kepada Umar bin Abdul Aziz ketika
beliau sedang sibuk menyelesaikan pekerjaannya, “ Sebaiknya tuan bertamasya dan
beristirahat” . Beliau kemudia bertanya balik, “ Jika saya beristirahat, siapa
yang menggantiku?” Lalu ia berkata lagi, “ Anda bisa menundanya sampai besok”. Umar
kembali menjawab, “ Pekerjaan satu hari saja sudah menyusahkanku, apalagi kalau
saya harus mengerjakan dua pekerjaan dalam satu hari”.
Berkaca dari dialog di
atas, pantaslah kemudian jika seorang penyair pernah menulis
bait-baitnya dalam perkara ini:
مَضَى أَمْسِكَ الْمَاضِي شَهِيْدُ مُعْدِلًا وَأَعْقَبَهُ يَوْمٌ
عَلَيْكَ جَدِيْدُ
فَيَوْمُكَ إِنْ أَغْنَيْتَهُ عَادَ نَفْعُـــهُ عَلَيْكَ وَمَاضَي
الْأَمْسِ لَيْسَ يَعُوْدُ
فَأِنْ كُنْتَ إِقْتَرَفْتَ إِسَــــاءَةً فَثَنٍ بِإِحْسَانٍ
وَأَنْتَ حَمِيْدً
فَلَا تُرْجِ فِعْلَ الْخَيْرِ يِوْمًا إِلَى غَدٍ لَعَلَّ غَدًا
يَأْتِي وَأَنْتَ فَقِيْدً
Harimu kemarin telah berlalu sebagai
saksi bagimu, kemudian datang hari baru untukmu…..
Hari ini adalah harimu, manfaatnya untuk kamu, sedang hari kemarin
tidak akan kembali lagi ….
Jika hari kemarin anda telah melakukan kesalahan, maka segera anda
ikuti dengan perbuatan baik, sedang anda mensyukurinya…..
Maka janganlah anda sekali-kali menangguhkan perbuatan baik sampai
besok hari, barangkali besok hari tiba, sedang anda sudah tiada… …
Untuk mengatasi hal ini perlu tekad yang sangat
kuat untuk mengubahnya. Caranya mudah. Pertama,
coba bayangkan penyesalan pertama yang akan
rasakan pada 10 tahun mendatang ketika hari ini terus mempertahankan kemalasan
dan penundaan. Di masa depan, kita akan sadar bahwa akhirnya tersadar bahwa malas
suka menunda yang kita ikuti di masa lalu telah menjerumuskan kita pada
penyesalan tiada akhir.
Kedua, meminta pertolongan Allah dengan berdoa. Mengapa? karena Allah Sang
Khaliq yang mampu membolak-balikkan hati kita. Dari sifat malas yang selalu
dibisikkan setan dalam hati kita. Rasulullah SAW satu doa agar kita terhindar dari kemalasan
darlam diri kita.
Do’a tersebut adalah:
_Allahumma
inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali, wal jubni, wal haromi, wal bukhl. Wa
a’udzu bika min ‘adzabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaat._
Artinya: Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan
sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana
kehidupan dan kematian (HR. Bukhari danMuslim)
Terakhir, saya mengutip pernyataan
menarik dari Andre Raditya, seorang penulis chanel telegram Rezeki Level 9. Ia mengatakan,
“Jangan pernah mengira orang yang tidak punya tangan, tak punya kaki, tuna
netra atau bentuk disabilitas yang lain adalah sebuah kecacatan. Bentuk
kecacatan sebenarnya bukan itu semua. Melainkan 2 hal ini. KEMALASAN dan
PENUNDAAN. Karena nyatanya, 2 itulah yang mampu membuat mereka yang normal
fisiknya menjadi pribadi lemah dan tak berprestasi”
*) Abdullah Makhrus adalah penulis
artikel bebas sekaligus penulis buku antologi berjudul "New Class New
Soul"
Follow: t.me/ceritamotivasi

No comments:
Post a Comment